Pesantren, sebagai salah satu pilar pendidikan Islam di Indonesia, tak hanya menjadi tempat untuk mendalami ilmu agama, tetapi juga wadah untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini terlihat jelas saat para mahasantri (sebutan untuk santri mahasiswa), santri tingkat Sekolah Dasar, santri tingkat Sekolah Menengah Pertama, serta santri tingkat Sekolah Menengah Atas juga turut melaksanakan upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Di tengah kesibukan mengaji dan belajar, momen sakral ini menjadi bukti bahwa semangat patriotisme dan nasionalisme tumbuh subur di dalam lingkungan pondok.

Pada tanggal 17 Agustus, sejak pagi hari, suasana di pesantren terasa berbeda. Para santri dan mahasantri yang biasanya mengenakan gamis dan abaya, kini rapi dalam balutan seragam upacara. Mereka berkumpul di halaman luas depan mabna Bashroh, membentuk barisan yang tertib dan khidmat. Tidak ada bedanya dengan upacara yang diselenggarakan di instansi atau sekolah pada umumnya. Semua tahapan, mulai dari pengibaran bendera Merah Putih, pembacaan teks Proklamasi, hingga menyanyikan lagu "Indonesia Raya", dilaksanakan dengan penuh kekhidmatan.

Yang menjadikan upacara ini istimewa adalah nuansa religius yang menyertainya. Setelah upacara selesai, biasanya dilanjutkan dengan doa bersama. Doa ini tidak hanya berisi permohonan agar bangsa Indonesia senantiasa damai dan makmur, tetapi juga mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Para mahasantri mendoakan para syuhada, termasuk para ulama dan santri yang turut berjuang di medan perang. Ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang dinikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan fisik dan spiritual yang luar biasa.

Dan juga setelah upacara usai, para santri dan juga mahasantri, dipersilahkan untuk menyaksikan penampilan tarian Sorote Lintang yang dipersembahkan oleh tim yang telah ditugaskan. Tak lupa pula acara pelepasan balon ke udara, yakni setiap santri diberikan masing-masing satu balon berwarna merah atau putih yang nantinya akan dilepaskan ke udara secara bersama-sama.

Melalui kegiatan ini, pesantren mengajarkan kepada para mahasantri bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Kemerdekaan bukanlah anugerah yang datang begitu saja, melainkan hasil perjuangan yang harus dipertahankan. Mereka belajar bahwa menjadi seorang santri yang saleh tidak lantas membuat mereka acuh terhadap nasib bangsanya. Justru sebaliknya, seorang santri yang sejati adalah mereka yang mampu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Dengan adanya kegiatan upacara kemerdekaan di lingkungan pesantren, terwujudlah sinergi antara semangat keagamaan (diniyah) dan kebangsaan (wathaniyah). Pesantren tidak hanya mencetak santri yang berakhlaqul karimah, tetapi juga santri yang berintegritas dan memiliki kesadaran historis yang kuat. Perayaan 17 Agustus di pondok pesantren adalah cerminan nyata bahwa semangat kemerdekaan takkan pernah pudar, bahkan di balik tembok-tembok asrama.